MERDEKA BELAJAR
PEMBELAJARAN di masa pandemi Covid-19 mengisahkan berbagai
ragam cerita mulai dari penyesuaian teknologi, cara belajar, penugasan,
pembiayaan dan masih banyak lagi. Dalam proses pembelajaran daring para siswa
atau mahasiswa pasti terkendala internet, ada banyak cara yang bisa dilakukan
dengan LMS, Googlemeet, Google classroom, jitshi, Zoom atau melalui media
sosial.
Sering kita
ketemui dalam pembelajaran virtual PJJ, para siswa atau mahasiswa yang
melakukan offcam dengan alasan penghematan kuota internet, karena untuk
seharian belajar saja bisa membutuhkan 3 GB. Maka sering dalam perkuliahan/
pembelajaran yang terlihat hanyalah guru atau dosennya saja, dan menjadikan
pembelajaran pun searah.
Sebagai seorang
Guru atau Dosen pasti mengenal salah satu ungkapan guru, budayawan, filsuf, ahli politik, dan
pemikir Tiongkok yang abadi Confucius (551-479 SM) terkait dengan proses
belajar-mengajar ialah ‘I hear I forget, I see I remember, I do I understand’.
Sederhananya yang
artinya yaitu Apa yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya lihat, saya ingat.
Apa yang saya lakukan, saya paham. Tiga pernyataan sederhana ini membicarakan
bobot penting dari pembelajaran aktif.
Model I hear I
forget adalah model ceramah klasikal yang sering dan mudah dilakukan, namun
berapa lama mereka ingat. Artinya dalam belajar jika kita hanya “Mendengar”
saja maka akan mudah lupa, beberapa penelitian menyebutkan daya ingat bertahan
sekitar kurang lebih 7 menitan.
Memaknai I see I
remember adalah kita memfasilitasi pembelajaran secara visual. Dalam hal ini,
murid mendapat kesempatan melihat dan memperhatikan objek, gambar, peraga,
media tayang elektronik, dan lain-lain. Akan tetapi, jika sebatas melihat saja
kata Confucius maka murid akan ingat, tetapi belum tentu mengerti oleh karena
itu, pembelajaran mestilah sampai tahap melakukan atau berbuat, ‘I do I
understand’.
Ketika proses
pembelajaran yang tak sampai pada ukuran ‘I do I understand’ menjadi tidak
mendapat tempat berarti. Para guru atau dosen hanya merasa cukup kalau
murid-murid atau mahasiswanya patuh, mengikuti peraturan, mendapat nilai yang
cukup atau tinggi, dan dengan semua itu orangtua murid/ mahasisa akan merasa
senang pula.
Sebagai agen
utama perubahan, Maka keharusannya untuk memfasilitasi pembelajaran yang
bersandar konsep ‘I do I understand’, sehingga guru-guru atau para dosen wajib
memiliki hasrat dan kapasitas untuk melakukan itu. Sebab ketika para siswa atau
mahasiswa memiliki kemampuan itu, dengan sendirinya mereka memiliki sebuah
keyakinan dan kemantapan hati untuk memfasilitasi pembelajaran secara berbeda.
Selanjutnya Mel
Silberman (1996) memodifikasi dan memperluas pernyataan Confucius tersebut di
atas menjadi apa yang ia sebut paham belajar aktif sebagai berikut: Apa yang
saya dengar saya lupa (What I hear, I forget ); Apa yang saya dengar dan lihat,
saya ingat sedikit (What I hear and see, I remember a little ); Apa yang saya
dengar, lihat, dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman, saya mulai
paham (What I hear, see, and ask question about or discuss with someone else, I
begin to understand ). Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan, dan lakukan,
saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan (What I hear, see, discuss, and
do, I acquire knowledge and skill ); Apa yang saya ajarkan pada orang lain,
saya menguasainya (What I teach to another, I master ).
Pengembangan Mel
Silberman memberikan pemaknaan bahwa jika hanya mendengar saja kita akan lupa;
ketika kita mendengar dan melihat kita akan sedikit ingat; ketika kita
mendengar, melihat, dan mengajukan pertanyaan serta berdiskusi dengan orang
lain, kita mulai paham; ketika kita mendengar, melihat, betanya, berdiskusi,
dan melakukan maka kita mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan; dan ketika
kita mengajarkan kepada orang lain maka kita akan menguasai apa yang kita
pelajari.
Menjadi tantangan
dan tuntutan proses pembelajaran yang dirancang disaat pandemi dan pasca
pandemi Covid-19 bagaimana caranya untuk meningkatkan transfer pengetahuan
baru, pengalaman baru, dan keterampilan baru sehingga dapat mendorong
masing-masing individu dewasa guna meraih semaksimal mungkin ilmu penetahuan
yang diinginkanya, apa yang menjadi kebutuhanya, serta keterampilan yang
diperlukan.
Porses pembelajaran
dikelas dengan daring mewajibkan para guru dan dosen harus bisa menemukan,
memilih dan juga merumuskan strategi-strategi penting yang harus dilakukan
dalam proses pembelajaran agar bisa menciptakan iklim belajar aktif, dan
suasana kelas yang positif dan menyenangkan sehingga mampu mencapai tujuan
pembelajaran secara efektif.
Proses
pembelajaran dengan model pembelajaranya membutuhkan daya dukung seperti
sarana/prasarana, bahan kajian atau materi ajar, serta tingkat kemampuan siswa
atau mahasiswa. Terdapat beragam model pembelajaran dengan pendekatan
'Learning Center' yang bisa diaplikasikan seperti small group
discussion, role play and simulation, case study, discovery learning (DL), self
directed learning (SDL), cooperative learning (CL), collaborative learning
(CbL), contextual instruction (CI), project based learning iv(PjBL), dan
problem based learning (PBL).
Paling penting
pendidikan terbaik dalam proses pembelajaran saat ini adalah menjadi solusi
pemecahan masalah kehidupan. Maka sistem dan tujuan pembelajaran pada akhirnya
harus bisa diaplikasikan didalam kehidupan, lingkungan, atau kebutuhan kerja
para siswa atau mahasiswa. Pembelajarannya bisa dimanfaatkan sepenuhnya untuk
menunjang life skill dan life solution para siswa/ mahasiswa pembelajaran yang
pada akhirnya akan mampu meningkatkan kualitas kerja dan produktivitas.
Jauh sebelumnya,
Ki Hadjar Dewantara menyatakan jika pendidikan itu memberikan dorongan terhadap
perkembangan siswa didik, yakni pendidikan mengajarkan untuk mencapai suatu
perubahan dan dapat bermanfaat di lingkungan masyarakat. Dalam hal ini, siswa
didik diharapkan mampu memberikan manfaat untuk lingkungan keluarga, lingkungan
tempat tinggal ataupun untuk masyarakat luas. Selain itu, dengan pendidikan
juga diharapkan memberikan peningkatan rasa percaya diri, mengembangkan potensi
yang ada dalam diri karena selama ini pendidikan hanya dianggap sebagai sarana
untuk mengembangkan aspek kecerdasan, namun tidak diimbangi dengan kecerdasan
dalam bertingkah laku maupun dengan ketrampilan.
Dokumentasi pembelajaran luar kelas antara guru dan siswa :
Masih banyak lagi dokumentasi Spensaga yang terkait dengan "Merdeka Belajar" namun keterbatasan panitia untuk menyiapkan semua foto kegiatan. Semua pembelajaran sesuai arahan kepala sekolah dari anjuran Kementri Pendidikan R.I dan dinas Bangkalan semua pembelajaran dan kegiatan harus mengacu pada navigasi "Merdeka Belajar". Langkah ini sangat baik untuk mendukung perkembangan siswa yang mandiri untuk menghadapi era 4.0 yang pastinya akan lebih banyak tantangan.
Dunia ini terus
berubah, dan setiap perubahan selalu melahirkan tantangan yang berbeda. Esensi
pendidikan itu sendiri adalah Memanusiakan Manusia, perubahan era atau zaman
apapun pasti akan berimplikasi pada dinamika dan fenomena pendidikan itu
sendiri.
Mengutif seorang
psikolog yang berhasil mempublikasikan bukunya pada tahun 1069 berjudul
"Freedom to learn" Pada pengantar buku tersebut, ketika lima puluh
tahun lalu ia mengatakan “Sekolah kita umumnya sangat tradisional, konservatif,
birokratis, dan resisten terhadap perubahan. Satu cara yang harus dilakukan
untuk menyelamatkan generasi muda ini adalah melalui kemerdekaan belajar”.
Ketika menyoal
kemerdekaan belajar, sejatinya sejak lahir manusia sudah memiliki empat hal
fitrah dalam belajar yakni; memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (intellectual
curiosity). Memiliki daya imajinasi kreativitas yang tinggi (Creative
imagination). Memiliki kemampuan berpikir untuk menemukan suatu pengetahuan
(art of discovery and invention). Memiliki akhlak mulia (noble attitude)
terhadap proses penemuan ilmu.
Senyatanya jika
Merdeka Belajar harus menjadi komitmen bersama sebagai langkah yang tepat untuk
mencapai pendidikan yang ideal yang sesuai dengan kondisi saat ini dengan
tujuan untuk mempersiapkan generasi yang tangguh, cerdas, kreatif, dan memiliki
karakter sesuai dengan nilai-nilai bangsa Indonesia.
Bukankah merdeka
belajar memberi kebebasan pada siswa dan guru untuk menguatkan karakter,
mengembangkan bakat dan keterampilan yang ada dalam diri karena selama ini
pendidikan lebih menekankan pada aspek pengetahuan. Gagasan merdeka belajar
memiliki relevansi dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan
mempertimbangkan aspek keseimbangan cipta, rasa, dan karsa.
Saat ini yang
menjadi dominan dalam pendidikan dengan menguatkan peran teknologi yang
mendisrupsi peradaban, sehingga teknologi dominan mengatur peradaban.
Seharusnya peradabanlah yang menguasai dan mengatur teknologi.
Senyatanya
mewujudkan kemerdekaan belajar dapat ditempuh dengan memahamkan akan hubungan
manusia dengan Tuhannya -al Khaliq-. Allah SWT menghendaki manusia untuk
belajar ‘menuntut ilmu’ sebagaimana QS Al Alaq: 1-5,
Artinya
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan (1), Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah (2), Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha
Mulia(3), Yang mengajar (manusia) dengan pena (4), Dia mengajarkan manusia apa
yang tidak diketahuinya (5).
Dan QS al
Mujadillah: 11,
Artinya
"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, "Berilah
kelapangan di dalam majelis-majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, "Berdirilah kamu,"
maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan
Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.
Niscayanya adalah
penguatan pendidikan akhlaq mulia dengan keimanan yang akan membawa ilmu
sebagai solusi kehidupan di dunia dan akhirat.
"DENGAN MERDEKA BELAJAR KITA WUJUDKAN PROFIL PELAJAR PANCASILA"
Nama:Nurul Karimah
ReplyDeleteKelas:7b
No:22
Nama: intan Novianty kls:7D
DeleteNo absen:13
Nama:Ratna Sulis Tia wati
ReplyDeleteNama:Ratna Sulis Tia wati
DeleteKls:7a
No aba:23
Nama; rizky nurfaizin pratama
ReplyDeleteNo:23
Kls:7c
Nama:Ilham Maulana
ReplyDeleteKls:7D
Absen:12
Nama:Moh Dava Hadiansyah H
ReplyDeleteNo absen:18
Kelas:7B
Nama:Farah Aprilia Rosa
ReplyDeleteKelas:7b
No.absen:06
Nama:alfi syachrin
ReplyDeleteKls:7c
No absen"03
Nama:Ilham
ReplyDeleteKls:7D
Absen:12
Nama:Fatima zahra
ReplyDeleteKls:7A
Nama:Zahra ayu nadhifa
ReplyDeleteKelas:7A
No:28
Nama :ayumi kirana dewi
ReplyDeleteKls:7b
No absen:4
Nama:Anisa Ayu Almaqfiroh
ReplyDeleteKls:7D
No Absen:04
Nama: Moh.harianto
ReplyDeleteKls: 7c
No. Absen:13
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteNama:suhendra
ReplyDeleteKelas:7c
Absen:26
nama; Andika ilham pratama
ReplyDeleteKelas: 7c
No. 07
Nama: Ristra lazuardi Imani
ReplyDeleteKelas: 7a
No. absen: 25
Nama:ABDUL BASITH AMIEN
ReplyDeleteKelas:7C
No:01
Nama Alfian Ali Mustofa
ReplyDeleteKelas : 7C
No. Absen : 04
Nama:Zahra ayu Nadifa
ReplyDeleteKelas:7A
Absen:28
Nama:sofia achmad
ReplyDeleteKelas:7c
No. Absen:25
Nama:Naysila azahwa robbanie
ReplyDeleteKelas:7c
Absen:26